Rabu, 22 Oktober 2014

Why We Travel



Setiap orang punya prioritas dalam hidupnya. Banyak teman-teman  saya yang bekerja dan memiliki peioritas berbeda. Terutama yang masih single dihabiskan buat apa saja gaji mereka. Ada yang selalu update dengan gadet terbaru sebagai hobinya, atau bagi wanita khususnya selalu update fashion terbaru dan perawatan kecantikan sehingga kalo kumpul reuni terlihat sekali berbeda karna semakin cantik. Ada juga  yang sudah memikirkan masa depan dengan investasi seperti ikut asuransi, beli emas, reksa dana atau menabung di bank  walau belum besar nominalnya bagi  saya ini cukup bijaksana. Ada orang yang punya sebuah investasi berbeda yaitu investasi perjalanan. Kenapa melakukan perjalanan dibilang sebuah investasi, bukankah banyak melakukan perjalanan malah menghabiskan uang. Bagi kebanyakan orang berpikir seperti itu tapi bagi sebagian orang tidak demikian. Disini ada alasan-alasan dari beberapa orang mengapa mereka traveling, monggo dibaca.

Kita berpergian awalnya untuk melupakan siapa kita dan kita berpergian selanjutnya untuk menemukan siapa kita. Kita berwisata untuk membuka mata hati kita juga untuk mengenal dunia yang terlalu luas untuk bisa diberitakan di koran koran. Dan kita berwisata sejatinya, untuk menjadi remaja polos lagi memperlambat waktu dan menikmati indahnya jatuh cinta
 (Penulis  Travel Pico Iyer)

Twenty years from now, you will be more dissapointed by the things you did not to do by the things you did do. So throw off the bowlines. Catch the trade winds in your sail. Explore. Dream. Discover (Mark Twain)

Melancong adalah cara terbaik untuk belajar. Anda tidak berpergian untuk membuktikan hidup anda lebih baik dari orang lain, melainkan untuk mengetahui cara orang lain hidup, apa yang bisa mereka ajarkan kepada anda dan melihat bagaimana mereka meyikapi realitas dan keajaiban (Paulo Coelho)

Saya menjadi  pencinta alam bukan semata mata karena saya mencintai alam dan senang menjadi anak gunung , backpacker, traveler, apapun namanya. Bukan juga karena ingin menaklukkan alam karena alam tak mungkin kita taklukkan. Menjadi pecinta alam dalam rangka semakin mencintai sang pencipta alam. Dan alam tak mungkin ditaklukkan karena kita yang sejatinya menaklukkan diri sendiri . Menaklukkan kecapaian, kemalasan, kesakitan, kelelahan, kehausan dan sebagainya (Heru Susetyo, the jounal of Muslim Traveler)

Bersafarlah, sesungguhnya dalam safar (perjalanan) ada lima keuntungan, yaitu menghibur diri dari kesedihan, mencari hasil usaha (mata pencaharian), memperoleh tambahan ilmu, lebih banyak menemukan adap kesopanan dan menambah kawan yang baik (mulia). ( Hadis riwayat Bukhari)

Keliling dunia itu seperti memberi makan pada mata dan hati. Ia bukan hanya  akan memuaskan pandangan mata saja, tapi juga meluaskan hati. Ketika mendatangi berbagai negara, kita akan sadar betapa luasnya bumi ini. Betapa beragamnya manusia dan betapa berbedanya satu sama lain. Keliling dunia membuat kita lebih mensyukuri keindahan ciptaan-Nya, bahkan menjauhkan kita dari pemikiran yang sempit. Keliling dunia membuat manusia lebih toleran dan saling menghargai. (Nur Febriani Wardi, Penulis Haram Keliling Dunia)

Kita butuh waktu untuk pergi merasakan kesunyian sejati, eksistensi tanpa tujuan, beberapa tindakan berbahaya guna memaknai hari libur demi menguji batas kemampuan kita demi mencicipi kesusahan
( Georgo, dalam philosofy of travel)

I am just trying to enjoy the life to the fullest. Because we never know whwn we’re gonna “leave” this world. Mumpung masih ada waktu, masih muda, sehat dan masih hidup!! Dari menjelajahi dunia banyak sekali pengalaman yang didapat dan bisa ngebuka wawasan tentang cara hidup orang lain . Perbedaan dan persamaan dengan budaya kita dan cara mereka memandag hidup. So Let’s explore the world  (Nila Tanzil)

Aku ingin ke tempat- tempat jauh, menjumpai berbagai bahasa dan orang- orang asing. Aku ingin berkelana menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin dan menciut dicengkram dingin . Aku ingin kehidupan yang menggetarkan. Penuuh dengan penaklukkan. Aku ingin merasakan sari pati hidup (Andrea Hirata, Penulis Edensor)

Roadtrip mengajarkan kita untuk tidak berpikir instan. Ada proses dalam pencapaian tujuan, pembelajaran, maupun suka dan duka. Di dalam perjalanan yang ditempuh dan kemungkinan besar itu bukan sesuatu yang kita dapatkan di sekolah maupun dirumah. In the modern term, Let’s name them lesson of life. You don’t life forever to see this beatiful countryside. Jelajahi bumi tercinta ini selagi kamu masih bisa dan hayati denyut nadinya yang sesungguhnya. Suatu saat nanti kamu harus lihat langsung betapa mempesonanya burung cendrawasih yang terbang melintasi hutan hujan tropis seperti yang saya lakukan saat itu!!! (Sitta Karina)

Bagi saya melakukan perjalanan atau traveling bukan hanya untuk refreshing menghilangkan jenuh dari rutinitas sehari hari atau ingin bersenang - senang yang dianggap “keren” tapi lebih kepada pencarian jati diri, dimana dengan traveling saya belajar memahami dan menghargai orang lain, melihat segala sesuatu dari sudut pandang berbeda sehingga tidak selalu menyalahkan hidup. Belajar untuk siaga terhadap sesuatu yang akan terjadi, belajar dengan segala keterbatasan untuk memecahkan masalah. Yang paling penting dengan traveling mengingatkan saya dengan sang pencipta. Karena begitu banyak tanda-tanda kekuasaannya di dunia ini. Allah mencipatakan gunung, laut, lembah, danau yang begitu indah. Tak ada seorangpun yang bisa menciptakan sesuatu seperti ini kecuali Allah. Dengan menyaksikan sendiri akan merasa kecil di dunia ini.





0 komentar:

Posting Komentar