When
Will You Marry? (Bahasa Tahiti: Nafea faa ipoipo?) adalah lukisan minyak tahun 1892 karya seniman
Pasca-Impressionis Perancis Paul Gaguin. Dipinjamkan ke Kunstmuseum di Basel,
Swiss selama hampir setengah abad, lukisan ini dijual secara pribadi oleh
keluarga Rudolf Staechelin pada seorang pembeli tak dikenal, kabarnya Qatar
Museums, pada bulan Februari 2015 dengan harga hampir $300m atau Rp 3.6
triliun, harga tertinggi yang pernah dibayarkan untuk sebuah karya seni.
Lukisan ini dipamerkan di Fondation Beyeler, Riehen, sampai tanggal 28 juni
2015. Lengkapnya baca disini.
Lukisan ini melukiskan gadis yang sedang menunggu pria yang akan mengajaknya menikah, sama seperti yang saya rasakan tapi ga sampe bengong gitu juga kali. Sudah banyak yang menanyakan ini, Kau lukisan Nafea faa ipoipo mau ikut ikutan kepoin kapan saya menikah. Tapi karena
kamu salah satu lukisan termahal dan terlihat eksotis dan orisinil baiklah saya
akan sedikit bercerita.
When will you marry? I said I don’t know, haven’t meet soulmate yet, how
I’ll answer the question. Ini jawaban dalam hati aja kalo yang keluar dari
mulut sih doain aja sambil senyum tipis. Banyak yang tanya ini entah emang
perhatian atau kepo doang. Karena perhatian dan kepo itu beda tipis sih.
Apalagi kalo yang nanya udah menikah seakan-akan kehidupannya lebih baik
ketimbang yang masih single. Toh menikah
itu bukan lomba lari siapa cepat dia menang dapet mendali kan. Emang jadi
single ada ga enaknya tapi ada hal yang bisa bebas kita lakukan. Begitu juga
yang berumah tangga, bukan bearti setelah menikah ga ada masalah atau seperti
di film atau sinetron setelah menikah happy ever after. Malah setelah menikah
itu awal kehidupan baru yang lebih menantang. Menyatukan dua manusia yang
berbeda latar belakang, budaya, kebiasaan itu semua ga mudah, apalagi kalo
pasangannya berbeda negara makin complicated. Ga Cuma butuh cinta tapi juga
komitment yang kuat agar bisa mengarungi kehidupan rumah tangga sampai ke
tujuan (sok wise)
Setelah menikah pertanyaan
“Kapan” itu ga berhenti disitu aja, ada rentetannya lagi. Kapan punya anak?
Jawab aja udah usaha tiap malem dengan berbagi gaya Hahhaha. Setelah punya anak
satu kapan punya anak lagi biar lebih rame di rumah, Kapan ini kapan itu kapan
kamu meninggal ehhh keterlaluan. Lalu apakah saya harus mengikuti desakan
pertanyaan – pertanyaan orang dan kalo ga saya dicap jelek dari masyarakat.
Kalo pun saya ikuti kata mereka apakah mereka mau bertanggung jawab dengan
kehidupan saya nantinya. Kalo saya menikah karena nurutin perkataan orang lalu
terjadi sesuatu terhadap rumah tangga saya terus saya bilang ke mereka gara
gara mereka nyuruh saya buru-buru nikah gini kan jadinya, Eh yang ada saya
dibilang gila toh itu semua resiko saya dan saya sendiri yang harus
menanggungnya.
Intinya bukan saya ga mau
menikah. Saya ingin sekali menikah dan menjadi keluarga sakinah asalkan saya
sudah siap. Siap belumnya saya Allah lah yang maha tahu. Saya hanya berusaha
memantaskan diri dan memohon diberikan yang terbaik. Kalo sudah pantas Allah
pasti akan pertemukan.